Jumat, 28 Februari 2014

bersyukur setiap saat

BERSYUKUR SETIAP SAAT
Namaku                    : Elsa Ade Siti Fatimah
No Peserta ku          : 13101482
          Dari begitu bangun pagi di kamar lantai atas sampai turun ke lantai bawah, sudah berapa kali saya mengucapkan terima kasih dan bersyukur? Mungkin sudah lima kali sampai tujuh kali. Dalam satu hari? Berapa kali saya berterima kasih dan bersyukur di dalam hati? Berapa kali saya ucapkan dengan lantang bersuara dengan orang lain? Mungkin bisa 50 sampai 100 kali, bisa jadi lebih, karena tidak saya hitung.
Tidak praktis kedengarannya? Kok ya aneh mengucapkan terima kasih sampai puluhan kali dan satu hari? Bahkan ratusan kali? Jawabannya mudah saja: dengan berterima kasih dan bersyukur, kita selalu mencari sisi positif dari segala sesuatu. Dengan mencari sisi positif, maka diri kita menjadi semakin positif dalam melihat segala sesuatu. Pasti ada putih setitik di dalam hitam kelam dan ada hitam setitik di dalam putih bersih.
          Dengan selalu mengingat kelimpahan kita, otak kita mencetak keyakinan (believe)      bahwa memang benar kita hidup dalam kelimpahan. Maka, semua perbuatan kita didasari oleh keyakinan ini, termasuk persepsi diri kita sebagai personifikasi dari sukses. Lantas, sampai kapan  perlu mengucapkan terima kasih dan bersyukur berpuluh-puluh kali tersebut? Sepanjang hayat.
Ah, tidak praktis,mungkin ada yang berpendapat demikian. Sekali lagi bahwa ini tidak mengajarkan untuk sukses dalam semalam, namun dengan mengubah mindset (pola pikir) maka segala factor eksternal yang sering menjadi atribut orang sukses akan dating dengan sendirinya bagaikan arus sungai.

Berterima kasih dan bersyukur toh tidak memerlukan modal uang maupun sumber daya apa pun. Intinya hanya satu, yaitu kemauan keras untuk mengubah diri. Jangan pikirkan “pahala” yang Anda dapat dari perbuatan ini dulu. Jangan pula mengharapkan nasib akan berubah dalam sekejap, Yang jelas, dengan mengucapkan terima kasih kepada orang lain tanpa ada rasa keterpaksaan dan rasa canggung saja sudah merupakan jembatan kita ke dalam hati orang itu.

Kamis, 27 Februari 2014

sejarah bapak bangsa



Biografi Presiden Soekarno.
Sampai sekarang beliau merupakan sosok yang banyak kagumi oleh orang. Soekarno atau yang lebih akrab dikenal sebagai Bung Karno merupakan Presiden pertama Indonesia yang berasal dari Blitar, sekaligus sebagai Pahlawan Proklamasi. Bahkan banyak pemimpin dunia segan terhadap Ir. Soekarno sebagai Presiden Indonesia. Soekarno yang bernama asli Koesno Sosrodihardjo dilahirkan di Surabaya pada tangga 6 Juni tahun 1901. Namun kini namanya berganti Soekarno sebab beliau sering sekali sakit lantaran namanya yang tidak sesuai. Beliau lahir dari orang tua yang bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan juga ibunya yang bernama Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya presiden Indonesia ini memiliki 3 orang istri dan masing-masing istri memberikan keturunan. Dari istri yang bernama Fatmawati, beliau dikaruniai 5 orang anak yakni Megawati, Rachmawati, Sukmawati, Guntur dan Guruh. Sedangkan dari Hartini, Soekarno dikaruniai 2 orang anak, yakni Bayu dan Taufan.

Tak banyak yang tahu, jika Soekarno memiliki istri yang merupakan turunan orang Jepang yakni Naoko Nemoto yang berganti nama dengan Ratna Sari Dewi. Dari hasil pernikahannya dengan wanita keturunan Jepang tersebut, menghasilkan keturunan yang bernama Kartika. Sewaktu kecil, beliau tak lama hidup dengan orang tuanya yang ada di Blitar. SD hingga lulus sekolah, beliau justru tinggal dan indekos di Surabaya tepatnya di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto yang merupakan politisi pendiri SI atau Serikat Islam. Setelah kelulusannya, beliau melanjutkan pendidikannya di HBS atau Hoogere Burger School. Pada waktu itu, Soekarno sudah mendapat gemblengan sehingga jiwa nasionalismenya sangat besar.

Lulus dari HBS, tepatnya tahun 1920, Soekarno muda melanjutkan studinya ke THS atau Technische Hoogeschool yang kini bergelar menjadi ITB. Enam tahun kemudian, beliau mendapatkan gelar Ir tepat pada tanggal 25 Mei. Setelah kelulusannya tersebut beliau mengamalkan ajaran Marhaenisme serta menjadi pendiri Partai Nasional Indonesia atau PNI yang dibentuk tanggal 4 Juli tahun 1927. Tujuan di bentuknya partai tersebut adalah agar Indonesia bisa merdeka dari jajahan.

Akibat keberaniannya tersebut, Soekarno dimasukkan dalam penjara milik Belanda yakni penjara suka miskin. Selama berada di penjara, beliau mengandalkan hidupnya kepada sang istri untuk memasok kebutuhan hidupnya. Inggit dibantu kakak iparnya Sukarmini atau Ibu Wardoyo pada saat beliau dipenjara sering mengantarkan makanan untuk Soekarno. Pada saat itulah pengawasan di penjara Suka miskin ini semakin diperketat.

Oleh Belanda, Soekarno dianggap sebagai tahanan cukup berbahaya sebab menghasut orang lain untuk merdeka. Bahkan agar Soekarno tidak bisa mendapatkan informasi yang berasal dari luar penjara, beliau diisolasi bersama tahanan elite. Penghuni tahanan elite ini sebagian besar adalah warga Negara Belanda yang melakukan korupsi, penggelapan dan juga penyelewengan. Justru, ini menjadikan topik pembicaraan Soekarno tidak sesuai dengan para tahanan sebab yang ingin dibicarakan beliau adalah bagaimana untuk memerdekakan Indonesia.

Topik pembicaraan yang biasanya dia dengar adalah soal cuaca, makanan dan hal yang tidak pernah penting. Berada di penjara Suka miskin selama berbulan-bulan, menjadikan Soekarno putus komunikasi dengan para sahabat seperjuangannya. Namun dirinya tak kehilangan akal dan selalu mencari informasi dari luar.

Akhirnya beliau menemukan media yang bisa digunakan sebagai sarana komunikasi dengan istrinya yakni dengan telur. Jika telur yang dibawa berupa telur asin, maka kabar buruk sedang menimpa teman seperjuangan Bung Karno. Akan tetapi beliau hanya bisa menduga saja sebab tak tau persis apa yang sedang terjadi. Soekarno selalu mendapat pengawasan ketat sehingga tak leluasa berbicara dengan Inggit. Setiap barang bawaan yang dibawa oleh Inggit pun selalu mendapat pemeriksaan khusus.